tentang beta:

Foto saya
Denpasar, Bali, Indonesia
anak bungsu dari ayah (Cornelis Taga Doko) dan ibu (Jublina Huna Koreh), keturunan Sabu asli.. I AM ME!

Sabtu, 23 Maret 2013

Dear Jungleman...

So here's the thing...
I'm here to write what my heart feels and what my mind thinks. Let's just say this is another way of freeing my heart and mind from yesterday's problem. After this, I'm gonna forgive and forget and become selective of course :)

Dua hari yang lalu saya menelpon ke saudara di kupang dan kemudian keluar pertanyaan seperti ini: "ma ephi deng ma doli bakalai deng yandri gara-gara apa?" haaaaahhh???!!!!
Jadi begini ternyata, ada seseorang berinisial S menelpon ke Kupang, tepatnya melaporkan kepada bapaknya bahwa disini saya dan adik saya Doli berkelahi dengan Yandri (yang notabene adik dari S) sampai memaki-maki. S, sepengetahuan saya sampai saat ini adalah orang yang sangat menyebalkan. S selalu melaporkan segala sesuatu tentang adiknya, Yandri dengan sedikit melebih-lebihkan. Bukan hanya saya, tapi beberapa dari keluarga, tidak termasuk yang membela S pastinya, sering sekali mendengar kata-kata yang akhirnya menimbulkan "perang" di dalam keluarga mereka. Well, to be honest, that's really not my problem, and not my family's problem. Because of some reasons, I've learn to be apathetic about their family, but not to Yandri. He's been with us for a long time, and I believed he grew with such love from our family that makes him more comfortable with us rather than his family. And he become one of our family member (of course with some intimidation from his family to leave this house). He still in contact with them, but as they showing no respect, Yandri grew to be so "bitter" to them. Let's not translate it to "hate" but more to "aware". Oops, to "understand" is better. He understand his whole family, the way they act toward something, the way they talk about something, and the way they react when something happened, especially about his father, mother, older brother and sister. Only one he believes to be 'normal', his fairly brother Rolly. Yup..and we understand it.

So let's being fair by explaining my family. Kami, setelah meninggalnya Papa, dan Mama memutuskan untuk pulang Kupang, hanya tinggal saudara bersaudara di dalam rumah kami, Taga Residence :) Sebelumnya biar lebih jelas saya perkenalkan dulu anggota keluarga saya (in case if you wanna know why we'd be so crazy when we talked to each other):
- K' Ama (40 yo), my brother
- K' Lusi (38 yo), istrinya K' Ama
- Debra (11 yo), anaknya k' Ama
- Ari (31 yo), my brother
- Ephie (30 yo), saya sendiri :)
- Dolly (29 yo), my sister, and the last one
- Yandri (35 yo)
See, 7 kepala dengan cara berfikir, egoisme dan pengambilan tindakan yang berbeda dalam suatu hal. Never intimidate others when you don't like/ disagree about something. That's the first rule. Jadi kami punya pendirian masing-masing tentang satu hal, kecuali jika itu mengganggu yang lain maka kami akan membicarakan dan saling mengingatkan..not in a serious talking of course, coz we're absolutely not a serious family :) But though, we're a solid one. We argue each other when thing got so hard to be understood, but then we forgive each other right after the fight. Right after the fight!
Dengan umur masing-masing yang menurut saya masih muda, wajar jika diantara kami berbicara dengan cara anak muda, maksud saya entah itu bercanda atau apapun...selama kami tidak melakukan kebiasaan tersebut dengan orang tua kami..betul?

So every day was a crazy one for us...kami menciptakan panggilan untuk masing-masing, seperti saya yang sering dipanggil "ndut", atau kk ipar yang biasa dipanggil "iting", k Ama yang biasa dipanggil "itam", ataupun yandri yang biasa kami panggil "tikus" sesuai ukuran badannya yang kecil :) Bukan untuk saling mengejek, tapi realitas yang jika suatu saat kami dipanggil sesuai dengan apa yang orang lihat ada pada kami maka kami tidak akan mudah tersinggung. Saya belajar menjadi diri saya diantara orang-orang gila ini :)

Sebelumnya, fyi Ayah saya juga seorang yang suka bercanda, entah untuk ngerjain orang atau apapun, dan wajar saja jika hal itu menurun kepada anak-anaknya. Semua yang pernah tinggal dirumah selama almarhum masih hidup pasti pernah merasakan kejahilan Ayah saya. Fyi lagi, sejak kecil rumah kami (dari hanya rumah kontrakan hingga saat ini mempunyai rumah sendiri) selalu menjadi tempat persinggahan untuk anak-anak kupang yang datang ke Bali, entah itu saudara atau bukan, entah itu untuk persinggahan sementara mereka mencari kerja atau hanya untuk liburan, Ayah saya selalu mengajarkan bahwa siapa saja yang datang adalah saudara, dan apapun itu harus diterima dan dilayani dengan sepenuh hati.

S, seingat saya lumayan lama tinggal bersama kami sampai kemudian dia memutuskan untuk nge-kos karena sudah bekerja. Dan saya yakin dia tau suasana rumah kami seperti apa. Bagaimana cara becanda kami. Bagaimana kami menegur satu dengan lainnya.

Back to the problem.
Saya ingat ketika itu saya, doli dan yandri sedang mengobrol di ruang tamu ketika S datang. Well, selama ini rumah kami selalu terbuka untuk orang-orang yang pernah tinggal dirumah kami, karna kami menganggap mereka sodara. Jadi meski mereka datang tanpa menegur pun kami sudah terbiasa. Mau buat kopi atau minum dan makan apapun biasanya dilakukan sendiri-sendiri, itu jika beruntung menemukan semuanya lengkap didapur. Maaf, seperti saya bilang diatas, kami anak muda semua dirumah ini, jadi kemungkinan untuk cuek dengan kebutuhan dapur dan makan lebih besar :)

S datang, dan duduk di garasi (dia terbiasa seperti itu). Nah saya, Doli dan Yandri tetap bercerita dan bercanda seperti biasa. Dan seperti biasa, omongan nyelekit selalu muncul. Entah itu kata 'goblok', 'bodok' atau 'geblek', sumpah itu sudah biasa dalam setiap becandaan kami. Dan sumpah, dari mulut kami, semarah-marahnya kami, bahkan dengan orang serumah pun tidak pernah terlontar kata makian yang lebih jahat dari 3 kata diatas itu. Makian seperti pu**mai, t**o, atau apalah itu, sama sekali saya bisa yakinkan anda bahwa itu tidak pernah terlontar dari bibir kami.
Ok, so ternyata becandaan kami direkam oleh S. Semua dilaporkan ke ayahnya dengan mendramatisir bahwa kami, saya dan Doli, memaki-maki Yandri. Dan dengan tujuan supaya ayahnya mempunyai alasan untuk mengeluarkan Yandri dari rumah kami. There it is!! So sinetron-minded. Damn! (Sebelumnya, ayah mereka memang sudah sering bilang ke K' Ama: "usir sa dia dari itu rumah biar dia bisa mandiri.", tapi kakak saya tidak pernah menanggapi. Masa' saudara sendiri di usir??? Aneh!!!)

Tega skali dia membawa nama saya dan adik saya diantara kebenciannya kepada Yandri. Fitnah!! Saya tidak terima.
Status saya muat di fb dengan tujuan untuk menyindir, demi memuaskan kekesalan saya. Meski saya mendapat teguran dari k' Ari tapi saya yakin dia mengerti kenapa saya melakukan itu.

Well, saya sungguh bertekad memaafkan S.
Tulisan ini saya buat hanya untuk menumpahkan isi hati saya.
Setelah ini saya tidak tertarik membahasnya lagi.
Saya yakin saya hanya harus belajar lebih selektif lagi agar bisa membedakan saudara dan 'saudara'.
:) dengan tetap berpikir positif pastinya.


Selamat malam temans :)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar